Tito Karnavian Nilai Pertarungan Global Tak Hanya Ditentukan Kekuatan Militer

2 hours ago 2

loading...

Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Sriwijaya Jenderal Polisi (Purn) Muhammad Tito Karnavian menyampaikan pandangannya terkait arah tatanan dunia baru. Foto/istimewa

JAKARTA - Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Sriwijaya Jenderal Polisi (Purn) Muhammad Tito Karnavian menyampaikan pandangannya terkait arah tatanan dunia baru. Dia meyakini tatanan dunia baru tak hanya ditentukan oleh kekuatan militer.

Orasi Tito yang berdurasi sekira 2 jam disampaikan Dies Natalis ke-65 Universitas Sriwijaya (Unsri), di Palembang, Sumatera Selatan beberapa waktu lalu. Menurut Tito, tatanan global kini mulai mengalami paradigma baru.

Tito kemudian menyebut tatanan global telah melewati 5 fase perubahan dan berpijak pada paradigma konstruktivisme yakni pandangan bahwa kekuatan global kini tidak lagi ditentukan oleh militer semata, melainkan oleh kekuatan ekonomi, budaya, dan pengetahuan.

“Saya berada dalam posisi paradigma konstruktivisme. Artinya, banyak hal kini diselesaikan bukan dengan kekuatan militer, tapi melalui ekonomi, perdagangan, sosial, dan budaya. Pertarungan yang paling menentukan saat ini adalah pertarungan ekonomi," ujarnya dikutip Sabtu (8/11/2025).

Menurut Tito, dalam tatanan dunia baru, pertarungan ekonomi akan menentukan siapa yang menjadi kekuatan dominan. Negara yang mampu memproduksi barang dan jasa secara masif, membanjiri pasar dunia, dan menguasai rantai pasok global akan memegang kendali terhadap ekonomi dunia.

Mengutip pemikiran Prof. Sait Yilmaz dalam buku “State, Power, and Hegemony”, Tito menjelaskan bahwa kapasitas produksi masif suatu negara ditentukan oleh empat faktor utama: pertama angkatan kerja yang besar, sebagai mesin produksi utama. Kedua, sumber daya alam yang melimpah, untuk menopang bahan baku produksi. Ketiga, bentangan wilayah luas, sebagai ruang penyimpanan dan distribusi hasil produksi. Serta letak geografis strategis, yang berperan sebagai choke point dalam perdagangan internasional.

“Saya menambahkan faktor keempat, yaitu letak geografis strategis. Indonesia berada di jalur vital dunia. Jika kita bisa memanfaatkannya dengan baik, posisi ini dapat memengaruhi ekonomi negara lain,” tegasnya.

Read Entire Article
| Opini Rakyat Politico | | |