Profil Hemedti, Penggembala Unta yang Jadi Jenderal Bengis RSF Sudan

6 hours ago 4

loading...

Letnan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo alias Hemedti, komandan paramiliter RSF Sudan. Dia dulunya adalah penggembala unta yang berubah jadi jenderal kaya. Foto/Sudan Tribune

EL-FASHER - Letnan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang terkenal dengan panggilan Hemedti, adalah pemimpin Rapid Support Forces (RSF), paramiliter yang dilaporkan melakukan pembantaian massal sekitar 2.000 orang di El-Fasher, Sudan.

Siapa sangka, Hemedti dulunya adalah penggembala unta yang kini berubah menjadi komandan paramiliter yang sangat ditakuti dalam perang saudara Sudan.

Tuduhan pembantaian massal oleh RSF telah memicu kecaman dunia internasional, seruan untuk penuntutan atas kejahatan perang dan genosida.

Baca Juga: Siapa Itu RSF, Kelompok Bengis yang Bantai Massal Warga Sipil Sudan?

Profil Hemedti, Jenderal di Balik RSF Sudan

Harapan untuk transisi Sudan menuju pemerintahan sipil telah memudar setelah kekerasan pecah antara militer dan RSF.

Sebagian besar pengaruh RSF dikaitkan dengan pemimpinnya, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang dikenal sebagai “Hemedti” atau “Muhammad Kecil”. Dia menjadi terkenal sebagai wakil pemimpin dewan transisi yang dibentuk setelah mantan pemimpin otoriter Omar al-Bashir digulingkan pada tahun 2019.

RSF dan militer melancarkan kudeta pada tahun 2021 terhadap kepemimpinan gabungan sipil-militer, tetapi satu setengah tahun kemudian, Dagalo tampak tidak senang dengan militer. Doa telah membuat pernyataan tentang bagaimana jajaran kekuasaan masih diisi oleh loyalis al-Bashir yang akan menghambat proses menuju demokrasi.

Dari Penggembala Unta yang Sederhana Jadi Jenderal Kaya

Dagalo lahir sekitar tahun 1974 dari suku Mahariya di komunitas Rizeigat di Darfur. Dia merupakan keponakan seorang kepala suku di cabang perdagangan unta Rizeigat.

Dia hanya memiliki sedikit pendidikan formal, putus sekolah di kelas tiga dan kemudian menjadi penggembala dan pedagang unta.

Kisah paling umum tentang Dagalo adalah bahwa dia terpaksa mengangkat senjata dalam konflik Darfur ketika sekelompok orang menyerang utusan dagangnya, membunuh 60 anggota keluarganya, dan menjarah unta-unta miliknya.

Dia kemudian bergabung dengan Janjaweed, sebuah konglomerasi milisi suku Arab yang sebagian besar berasal dari suku-suku pedagang unta dan aktif di Darfur dan sebagian wilayah Chad.

Sosoknya menarik perhatian Presiden Omar al-Bashir, yang merekrut Janjaweed untuk memerangi orang-orang non-Arab yang mulai memberontak terhadap pemerintahannya pada tahun 2003 di Darfur. Sejak itu, Dagalo ditunjuk menjadi seorang komandan militer.

Read Entire Article
| Opini Rakyat Politico | | |