Politik Balas Budi Ken Arok usai Hancurkan Kerajaan Kediri

2 days ago 7

loading...

Politik balas budi sudah ada sejak era kerajaan di Nusantara seperti yang dilakukan Ken Arok, sang penguasa Tumapel atau Singasari. Foto: Ist

POLITIKbalas budi sudah ada sejak era kerajaan di Nusantara seperti yang dilakukan Ken Arok , sang penguasa Tumapel atau Singasari. Tercatat Ken Arok mengangkat beberapa pengikutnya sebagai pejabat istana Tumapel, termasuk penasihat agama.

Pertempuran antara Tumapel dan Kediri di Desa Ganter membuat Kertajaya harus mengakui kekalahannya. Pada pertempuran itu adik kandung Kertajaya, penguasa Kediri bernama Mahisa Walungan dan Gubar Baleman menjadi korban jiwa.

Sumber lain menyebutkan kekalahan Kertajaya dari Ken Arok membuat adik perempuannya Dewi Amisam, Dewi Hasin, dan Dewi Paja nekat bunuh diri.

Usai peperangan itu, riwayat Kerajaan Kediri tamat akibat sang rajanya juga tewas. Hal ini membuat Ken Arok memutuskan mengambil alih takhta dan membuat kerajaan baru. Kerajaan berkedudukan di Tumapel, tak jauh dari wilayah Daha ibu kota Kerajaan Kediri.

Ken Arok mendeklarasikan diri sebagai raja pertama sekaligus pendiri kerajaan. Ken Arok memusatkan pusat pemerintahan Tumapel di Kutaraja yang kini masuk wilayah Malang, Jawa Timur sebagaimana dikutip dari buku "Hitam Putih Kekuasaan Raja-raja Jawa : Intrik, Konspirasi, Perebutan Harta, Tahta, dan Wanita".

Ketika menjabat sebagai raja, Ken Arok menggunakan gelar Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra sebagaimana tercantum pada Kakawin Nagarakretagama atau Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabumi pada Serat Pararaton.

Sebagai raja bergelar Sang Amurwabumi, Ken Arok memiliki sifat bhairawa anoraga. Perkasa secara fisik dan lembut secara spiritual serta selalu membumi (bhumi sparsa mudra).

Dalam pengertian lain, kepemimpinan Ken Arok tetap berorientasi pada kerakyatan yang setia pada janji, berwatak tabah, kokoh, toleran, dan senantiasa bersifat sosial.

Berkat sifatnya yang setia pada janji dan sadar berbalas budi, Ken Arok mengangkat Dang Hyang Lohgawe sebagai pendeta istana. Memberikan hak istimewa pada Bango Samparan dan anak-anak pandai besi di Lulumbang.

Dia juga memberikan hak istimewa pada anak Mpu Gandring. Di samping itu, Ken Arok juga menikahkan Wangbang Sadang, anak lelaki Dang Hyang Lohgawe dengan Cucu Puranti atau anak perempuan Bango Samparan.

Perihal Ken Arok sebagai pendiri Kerajaan Tumapel telah dicatat pada Prasasti Mula Malurung (1255). Dengan demikian keberadaan Ken Arok yang disebutkan dalam Serat Pararaton itu bukan fiktif, namun faktual secara historis. Meski prasasti Mula Malurung tidak menyebut nama Ken Arok melainkan Siwa.

(jon)

Read Entire Article
| Opini Rakyat Politico | | |