Oleh : W. Al-Abib-Pemerhati Pilkada Pasaman
PILKADA Kabupaten Pasaman yang sebelumnya dipenuhi tensi dan rivalitas yang tinggi kini mulai berangsur tenang. Kehadiran sosok Welly Suhery-Anggit Kurniawan Nasution (WA) membawa angin segar di tengah panasnya persaingan.
Tulisan ini sengaja ditulis berdasarkan catatan-catatan kecil masyarakat Pasaman di media sosial. Selain itu tulisan ini juga lahir dari diskusi dengan sejumlah masyarakat dan tokoh di Pasaman.
Seperti diketahui, sebelumnya, pertarungan Pilkada Pasaman hanya terfokus pada Bupati Petahana Sabar As dan Mara Ondak, mantan Sekretaris Daerah Pasaman. Rivalitas antara keduanya telah menjadi rahasia umum di Pasaman, bahkan dinding-dinding kota seakan ikut mengetahui persaingan ini.
Namun, suasana kompetisi yang tegang tersebut mulai mencair dengan kemunculan Welly Suhery. Pria yang akrab disapa Da Pode ini dikenal karena keramahannya, sifat merangkul, dan kepeduliannya terhadap masyarakat. Ketokohannya di Pasaman tidak diragukan lagi, terbukti dari kepercayaan masyarakat yang telah memilihnya sebagai anggota DPRD Pasaman selama dua periode berturut-turut.
Awalnya, Welly tidak tertarik untuk terjun dalam kontestasi pilkada Pasaman. Namun, desakan masyarakat terus berdatangan, memintanya untuk maju sebagai Bupati Pasaman berikutnya. Tidak hanya masyarakat biasa, tetapi juga alim ulama, cadiak pandai, dan para ninik mamak dari Selatan hingga Utara turut mendesaknya untuk maju.
Kabupaten Pasaman, salah satu daerah terjauh di Sumatera Barat, terletak di bagian paling Utara wilayah ini. Dengan luas wilayah 4.447, 63 km⊃2; atau setara dengan 10, 44% luas Provinsi Sumatera Barat, Pasaman dilintasi oleh garis khatulistiwa dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Pasaman sangat majemuk, terdiri dari berbagai etnis. Oleh karena itu, sosok pemimpin yang mampu merangkul semua golongan sangat dibutuhkan untuk menjadikan kemajemukan ini sebagai sumber kemajuan pembangunan daerah.
Untuk kemajuan dan perubahan yang dinantikan, pasangan Welly-Anggit sangat dinilai layak memimpin Pasaman. Hal ini tidak lepas dari visi dan misi yang mereka usung serta kepribadian mereka yang bersahaja. Tagline #Pasaman_Bangkit menjadi bukti bahwa mereka tidak ingin terjebak dalam rivalitas sempit antara Sabar As dan Mara Ondak. Welly bahkan telah bertemu dengan kedua rivalnya tersebut, menjalin hubungan baik, dan menyampaikan pesan penting: tetap jaga kedamaian Pasaman, meski masyarakatnya sangat majemuk.
Menurut Welly saat berdiskusi dengan penulis baru-baru ini, tidak boleh ada pertikaian atau hal-hal buruk lainnya. Yang harus ada hanyalah kebenaran dan kedamaian. Pasaman adalah milik semuanya, mari ciptakan Pasaman yang tetap tenang tanpa ada riak.
Dengan sikap yang bersahabat dan santun terhadap semua kontestan pilkada, termasuk kepada Sabar As dan Mara Ondak, Welly Suhery atau Da Pode dinilai masyarakat berhasil menciptakan suasana pilkada yang damai. Kondisi ini sangat diharapkan oleh masyarakat Pasaman.
Ketokohan Welly Suhery yang akrab dan ramah telah menjadi angin segar bagi Pasaman. Ia tidak hanya meredakan tensi politik yang tinggi, tetapi juga membawa harapan baru bagi masyarakat yang merindukan perubahan dan kemajuan. Welly Suhery sendiri juga sangat dekat dengan sosok Benny Utama yang merupakan tokoh sentral di Pasaman. Mereka juga satu kampung, hubungan baik itu juga terus terjaga sampai saat ini, meski Benny Utama tidak lagi menjabat sebagai Bupati Pasaman saat ini. Benny Utama kini akan fokus di DPR RI dan menyampaikan aspirasi daerah. Dengan adanya Benny Utama di pusat, akan semakin memudahkan urusan Welly Suhery ke pusat nantinya jika dipercaya mengemban amanah Bupati Pasaman. Yang jelas keduanya merupakan tokoh Pasaman yang sinerginya sangat baik.
Tidak hanya dengan Benny Utama, Welly Suhery juga sangat harmonis dan bagus hubungannya dengan mantan Bupati Pasaman Yusuf Lubis. Bisa ditinjau ke masyarakat, bahwa keduanya tak pernah bergesekan. Welly Suhery sendiri terkenal sangat santun kepada tokoh Pasaman ini.
Karena itu, dengan visi yang jelas dan sikap yang inklusif, pasangan Welly-Anggit diharapkan dapat membawa Pasaman ke arah yang lebih baik, menjadikan kemajemukan sebagai kekuatan dan bukan pemisah. ”Dengan semangat #Pasaman_Bangkit, mari kita dukung mereka untuk masa depan Pasaman yang lebih cerah dan damai, ” begitu salah satu ucapan dari dalam hati yang tulus seorang masyarakat yang menginginkan pasangan ini.
Tak hanya itu, generasi muda, khususnya milenial, sangat mengidolakan pasangan ini. Pasangan Welly yang dimaksud adalah Anggit Kurniawan Nasution. Anggit, dengan pesona dan karisma yang memikat hati generasi muda, telah menjadi sosok yang sangat dihargai. Kecantikan wajahnya yang tampan, sikapnya yang bersahaja meski masih muda, dan kebiasaannya yang penuh empati menjadikannya sebagai pilihan baru dan segar bagi generasi muda Pasaman.
Suara generasi muda adalah Anggit. Dia adalah representasi ideal yang layak mewakili suara generasi muda Pasaman di panggung pemerintahan. Selama ini, kontestasi pilkada Pasaman didominasi oleh tokoh-tokoh berpengalaman, seringkali dari kalangan senior dalam politik. Kehadiran Anggit sebagai sosok muda tentunya menjanjikan perubahan, dan menjadi jembatan bagi aspirasi milenial untuk didengar dan diterjemahkan dalam kebijakan pemerintahan.(***)