Kisah Arca Raden Wijaya dan Gayatri Pendiri Kerajaan Majapahit

8 hours ago 4

loading...

Raden Wijaya dan istrinya Gayatri diabadikan spesial dalam bentuk arca. Posisi Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit memiliki keistimewaan tersendiri. Foto/Ilustrasi/Ist

SOSOK Raden Wijaya dan istrinya Gayatri Rajapatni dicandikan dan diabadikan spesial dalam bentuk arca. Posisi Raden Wijaya sang pendiri Kerajaan Majapahit memiliki keistimewaan tersendiri. Ia konon dicandikan di Simping, sebagai Harihara.

Raden Wijaya disebut sebagai sinkretisme dari Siwa dan Wisnu. Arcanya sangat bagus, berupa seorang bangsawan bermahkota, bertangan empat, tangan kanannya yang atas memegang terompet tutup kerang, berpakaian kebesaran, berkain dengan aneka ragam pola batik.

Baca juga: Kisah Serangan Berdarah Raden Wijaya, Hancurkan 18.000 Pasukan Mongol

Adanya empat tangan dan terompet tutup kerang jelas menunjukkan bahwa arca itu adalah kombinasi antara Siwa dan Wisnu yang disebut Harihara. Arca tersebut dibubuhkan ciri Wisnu kemungkinan karena dimaksudkan untuk membayangkan jasa Kertarajasa (Raden Wijaya) dalam merebut kembali kekuasaan pada tahun 1293, dari tangan Raja Jayakatwang.

Sedangkan arca Prajnyaparamita konon diidentikkan dengan sang istri Gayatri. Pada kesusastraan Bhudisme, Dewi Prajnyaparamita dipandang sebagai jelmaan segala kesempurnaan sifat Bodhisatwa, lambang kesempurnaan sejati, sebagaimana dikatakan sejarawan Prof. Slamet Muljana pada bukunya "Tafsir Sejarah Nagarakretagama".

Arca Prajnyaparamita itu konon sempat dibawa Belanda tapi akhirnya disimpan di museum di Jakarta, karena dipandang sebagai salah satu arca yang paling bagus. Bibirnya dibuat dari emas, sampai sekarang arca itu dianggap sebagai arca dewa biasa.

Baca juga: Pemberontakan Ranggalawe Hancurkan Taktik Perang Raden Wijaya

Sosok arca Prajnyaparamita identik dengan Gayatri, sebagaimana ada pada Kakawin Nagarakretagama gubahan Mpu Prapanca.

Nagarakretagama pupuh 2/1 menguraikan bahwa puteri Gayatri alias Rajapatni pada usia lanjut menjadi wikun atau bhiksuni dan mangkat pada tahun 1350.

Sedangkan Nagarakretagama pupuh 63-69 menguraikan upacara pesta sradda pada tahun 1362 sebagai peringatan dua belas tahun sesudah Rajapatni mangkat.

Sementara Nagarakretagama pupuh 69/1 memberitakan bahwa jenazah puteri Rajapatni dicandikan di Kamal Pandak, candi makamnya di Bayalangu yang dibangun pada tahun 1362 disebut Prajnyaparamita puri.

(shf)

Read Entire Article
| Opini Rakyat Politico | | |