loading...
Ekonom memandang pemerintah perlu mendorong pembiayaan ultramikro lebih masif bagian dari upaya mengentaskan kemiskinan. FOTO/dok.SindoNews
JAKARTA - Ekonom memandang pemerintah perlu mendorong pembiayaan ultramikro lebih masif agar menjadi bagian dari upaya mengentaskan kemiskinan yang menjadi program prioritas Kabinet Merah Putih.
Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip mengatakan kehadiran model pembiayaan ultramikro itu mengisi ceruk ekonomi yang tidak dijangkau oleh sumber pendanaan dengan pendekatan konvesional seperti bank. Fokus lembaga pembiayaan ultramikro memang pada segmen kelompok masyarakat yang unbankable.
Ceruk itu, kata dia, selama ini diisi oleh keberadaan renternir yang justru kerap memberikan dampak negatif kepada masyarakat. Peran pembiayaan ultramikro seperti yang dijalankan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) juga memiliki misi pemberdayaan kepada kelompok bawah tidak sekadar menyalurkan pembiayaan.
“Terbukti, banyak pelaku ekonomi dari kelompok masyarakat miskin yang kini berhasil ‘mentas’ dari status sebagai keluarga prasejahtera menjadi sejahtera bahkan di atasnya,” kata Sunarsip dalam pernyataannya, Rabu (29/10).
Dia memandang lembaga dengan model bisnis seperti PNM perlu didorong agar memiliki lingkup ukuran usaha (size) pembiayaan yang lebih besar.
“Perannya sebagai lembaga pembiayaan ultra mikro yang fokus pada pemberdayaan tetap perlu dan harus dipertahankan. Namun, size-nya harus dinaikkan,” kata ekonom senior tersebut.
Baca Juga: Program Magang Kerja Digaji Batch 2 Dibuka, Rekrut 80.000 Fresh Graduate
Suara senada datang dari Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto. Menurut dia, secara umum pembiayaan ultramikro bisa menjadi satu pilihan cara untuk mendorong perbaikan ekonomi kalangan bawah.
Namun, dengan plafon kredit ultramikro yang karena menyesuaikan dengan kemampuan membayar peminjam, menurut Eko, perlu dukungan kebijakan pemerintah di tingkat makro.






























