AHY: Kerja Sama Multilateral Mulai Ditinggalkan Imbas Perang Tarif AS

9 hours ago 2

loading...

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam MNC Forum LXXIX di iNews Tower, Kamis (15/5). FOTO/Iqbal Dwi Purnama

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan kebijakan perang tarif yang digencarkan Amerika Serikat (AS) di era kepemimpinan Donald Trump telah mengubah lanskap geopolitik dan ekonomi global. Salah satu dampaknya adalah melemahnya kerja sama multilateral, di mana negara-negara kini lebih memilih jalur bilateral untuk melindungi kepentingan nasional masing-masing.

"Kita melihat tren baru, yakni matinya multilateralisme. Banyak negara kini mencari jalan sendiri, tidak lagi mengandalkan forum bersama," ujar AHY dalam MNC Forum LXXIX di iNews Tower, Kamis (15/5).

Baca Juga: Cinta Laura Apresiasi Woman Forum 2025 MNC Group Jadi Sumber Inspirasi Perempuan

Menurutnya ketegangan dagang antara AS dan China telah memicu ketidakstabilan, memaksa negara-negara lain mengambil sikap. "Forum-forum ekonomi global mulai kehilangan relevansi karena negara lebih memilih kesepakatan bilateral," tambah Ketua Umum Partai Demokrat ini.

Lebih lanjut, meski organisasi multilateral seperti G20, WTO, atau APEC masih ada, perannya semakin terpinggirkan. "Forumnya eksis, pertemuan tetap berjalan, tapi sering hanya jadi formalitas. Setiap negara kini mengutamakan kepentingannya sendiri, seperti 'America First' atau 'Indonesia First'," jelas AHY.

Dia menegaskan, Indonesia harus cerdas dalam memilih mitra dan memposisikan diri di tengah perubahan ini. "Kita tidak boleh salah langkah. Jika kerja sama multilateral melemah, risiko ketidakpastian ekonomi global akan meningkat," tegasnya.

Baca Juga: Buka MNC Forum ke-69, HT: Pertama Kali Datangkan Narasumber Unsur Politik

Pihaknya mengakui, kerja sama bilateral memang lebih cepat dan fleksibel dalam merespons dinamika global. Namun, ia mengingatkan bahwa kurangnya koordinasi multilateral dapat memicu persaingan tidak sehat dan proteksionisme.

Dia pun menekankan pentingnya strategi luar negeri yang adaptif. "Indonesia harus aktif membangun kemitraan, baik bilateral maupun multilateral, sambil tetap menjaga kedaulatan ekonomi," pungkasnya.

(nng)

Read Entire Article
| Opini Rakyat Politico | | |