loading...
Sebanyak 1.525 tentara korps lapis baja Israel menuntut diakhirinya perang di Gaza, Palestina. Foto/Anadolu
TEL AVIV - Lebih dari 1.500 tentara korps lapis baja Israel, termasuk para jenderal, menandatangani petisi pada hari Senin yang menuntut pemerintah Zionis Israel memprioritaskan pemulangan para sandera yang ditawan di Gaza, bahkan jika hal itu mengorbankan berakhirnya perang di wilayah tersebut.
Menurut harian Maariv, petisi tersebut ditandatangani oleh 1.525 anggota korps lapis baja, mulai dari sniper hingga jenderal.
"Mereka meminta pemerintah untuk melakukan segala hal yang mungkin untuk mengamankan pembebasan para sandera—bahkan jika itu mengorbankan penghentian pertempuran," tulis surat kabar Israel tersebut dalam laporannya yang dikutip Anadolu, Selasa (15/4/2025).
Menurut laporan itu, penandatangan petisi tersebut meliputi tentara yang bertugas di unit tank dan kemudian menjadi warga sipil tanpa menghadiri sekolah perwira, tentara veteran, komandan junior, serta mantan perwira senior militer Israel, termasuk mantan kepala korps lapis baja dan komandan divisi.
Daftar penandatangan petisi tersebut juga meliputi mantan Perdana Menteri yang juga mantan Panglima Militer Ehud Barak, mantan Kepala Komando Pusat Amram Mitzna, mantan Kepala Staf Dan Halutz, mantan Kepala Intelijen Militer Amos Malka, mantan Kepala Komando Pusat Avi Mizrahi, dan mantan Komandan Brigade Lapis Baja ke-14 Amnon Reshef.
Petisi tersebut merupakan bagian dari gelombang seruan publik yang lebih luas dari personel militer Israel saat ini dan mantan personel militer Israel yang menuntut pemulangan para sandera dan diakhirinya perang.
Sejauh ini, hampir sepuluh petisi telah dikeluarkan oleh tentara Israel yang menuntut diakhirinya perang Gaza sejak Kamis, menurut hitungan Anadolu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan memecat tentara aktif yang menandatangani petisi tersebut.
Militer Israel kembali menyerang Gaza pada 18 Maret, yang menghancurkan gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan pada 19 Januari.
Hampir 51.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perangnya di daerah kantong Palestina tersebut.
(mas)