Wasiat Arya Wiraraja Picu Pasukan Jayakatwang Kediri Serang Kerajaan Singasari

5 hours ago 3

loading...

Aji Jayakatong atau Jayakatwang akhirnya berangkat ke Singasari untuk melakukan penyerangan usai membaca surat wasiat Arya Wiraraja. Foto: Ist

Aji Jayakatong atau Jayakatwang akhirnya berangkat ke Kerajaan Singasari untuk melakukan penyerangan usai membaca surat wasiat Arya Wiraraja. Surat itu berisikan pancingan dan “kompor” dari mantan pejabat tinggi istana Singasari yang dimutasi menjadi pejabat di Madura.

Jayakatwang menghimpun pasukan dalam jumlah besar dari Gelang-Gelang, wilayah yang menjadi penguasaan Kerajaan Singasari. Strategi disusun sejak di wilayah Kediri dengan memecah pasukan menjadi dua, utara dan selatan istana.

Strategi ini untuk memecah konsentrasi fokus pasukan Singasari yang sudah tinggal sedikit karena Ekspedisi Melayu.

Pasukan yang menyerang dari jalur utara banyak berbuat kerusakan, sengaja memancing pasukan Tumapel agar keluar meninggalkan ibu kota Singhasări.

Menurut Kidung Rangga Lawe, pasukan yang mengacau di utara dipimpin Jaran Guyang sebagai senapati, sedangkan menurut Kidung Harşawijaya, pasukan itu dipimpin Raden Sirikan dan Raden Halu.

Jalur utara yang dilewati pasukan pengacau tersebut pada zaman modern kiranya sama dengan Jalan Raya Bangsal-Mojosari-Ngoro-Gempol-Pandaan-Lawang sebagaimana dikutip dari buku "Pararaton : Biografi Para Raja Singhasari - Majapahit" tulisan Heri Purwanto.

Adapun Memeling yang menjadi lokasi pemberhentian pasukan Daha saat ini diperkirakan menjadi Dusun Meling masuk wilayah Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, yang berjarak sekitar 2 km di sebelah utara Desa Ardimulyo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, di mana perkiraan lokasi istana Singhasari.

Pada Kidung Harsawijaya disebutkan pasukan Daha sebelum tiba di Memeling juga melewati Wewedon. Daerah ini kiranya sama dengan Bukit Wedon yang berada di sebelah barat Desa Turirejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.

Serangan Aji Jayakatong terhadap ibu kota Tumapel juga dikisahkan dalam Prasasti Kudadu yang dikeluarkan pada awal Majapahit berdiri. Bedanya, prasasti ini menyebut Aji Jayakatong ikut mendatangi Srikertanagara bukan sekadar mengirim pasukan.

Prasasti Kudadu dibuat pada tahun 1294 hanya berselang dua tahun setelah kematian Srikertanagara yang menurut Nagarakretagama terjadi pada tahun 1292.

Sebab itu, informasi di dalamnya lebih dapat dipercaya daripada Pararaton yang ditulis ratusan tahun setelah peristiwa berlalu. Aji Jayakatong dalam Prasasti Kudadu disebut dengan nama Sri Jayakatyeng, sedangkan negeri yang dia pimpin bukanlah Daha melainkan Gelang-Gelang.

(jon)

Read Entire Article
| Opini Rakyat Politico | | |