loading...
Presiden AS, Donald Trump mengklaim, tarif resiprokal yang diberlakukan kepada hampir 90 negara itu berpotensi menggantikan pajak penghasilan federal. Foto/Dok
JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengklaim, tarif resiprokal yang diberlakukan kepada hampir 90 negara itu berpotensi menggantikan pajak penghasilan federal. Namun tarif resiprokal Trump yang digambarkan sebagai upaya mengembalikan perdagangan yang adil, ditunda hingga 90 hari setelah kejatuhan pasar saham global.
Sementara itu Trump masih menerapkan tarif impor minimum 10% terhadap semua negara di dunia yang memperdagangkan produk ke AS. Namun China menjadi salah satu dari sedikit pengecualian, ketika tarif impor dari negara tersebut justru naik semakin besar.
Berbicara kepada Fox News, Trump ditanya apakah tarif resiprokal pada akhirnya dapat menggantikan pajak penghasilan.
"Ada kemungkinan bahwa uang dari tarif bisa begitu besar sehingga akan menggantikannya – Anda tahu, di masa lalu, sekitar 1870 hingga 1913, tarif adalah satu-satunya bentuk uang," kata Trump.
Apa yang disampaikan oleh Trump mengacu pada zaman Gilded Age, yakni periode pertumbuhan industri yang cepat dan meningkatnya kekayaan nasional. Meskipun ditandai dengan ketimpangan pendapatan yang mencolok dan kemiskinan yang meluas.
"Saat itulah bangsa kita relatif terkaya. Kami adalah yang terkaya," tambahnya.
Trump, yang menjuluki dirinya sebagai 'a tariff man', berpendapat bahwa kebijakan perdagangannya dapat mengumpulkan lebih dari USD1 triliun setara Rp16.664 triliun dalam setahun ke depan atau lebih. Jika benar, maka bisa membantu mengurangi utang nasional dan berpotensi mengimbangi atau mengganti pajak penghasilan.
Ditekankan juga oleh Trump bahwa tarif memperkuat ekonomi AS, membawa "miliaran dolar per hari" ke dalam pundi-pundi kas federal.
Namun para ekonom, bagaimanapun skeptis bahwa tarif baru impor AS dapat menghasilkan pendapatan dalam skala yang diklaim Trump. Para ahli memperingatkan bahwa harga impor yang lebih tinggi dapat mengurangi pengeluaran konsumen dan mengurangi permintaan secara keseluruhan.
Menurut Congressional Research Service, selama 70 tahun terakhir, tarif impor telah menyumbang tidak lebih dari 2% dari total pendapatan federal setiap tahun. Pada tahun 2024, pengumpulan tarif AS atas impor hanya mewakili 1,7% dari total pendapatan federal senilai lebih dari USD4,9 triliun.