Perang Thailand-Kamboja Meluas dari Darat ke Laut, Ini Analisisnya

3 hours ago 2

loading...

Pasukan Thailand menembaki wilayah Kamboja dari atas kapal Angkatan Laut. Foto/Facebook/Thai Military Force

BANGKOK - Angkatan Laut Kerajaan Thailand yang dilatih Amerika Serikat (AS) pada Sabtu pekan lalu bersiap untuk menghentikan semua kapal Thailand di Teluk Thailand yang mengangkut bahan bakar dan perlengkapan militer ke Kamboja. Ini adalah penggunaan besar pertama Angkatan Laut yang dilengkapi artileri dalam perang perbatasan yang telah berlangsung selama lima bulan.

Armada Ketujuh AS menggunakan Teluk Thailand ketika kapal induk dan kapal lainnya berlabuh di dekat Bangkok di pelabuhan Sattahip tempat Komando Area Angkatan Laut Pertama Thailand berada untuk mengamankan teluk—yang dipenuhi dengan pulau-pulau berpenghuni Thailand dan Kamboja, fasilitas Angkatan Laut, dan anjungan minyak.

Selain mencegat kapal-kapal Thailand, termasuk kapal penangkap ikan dan kapal komersial, Angkatan Laut Thailand mengatakan akan menghentikan kapal-kapal milik Thailand yang berlayar di bawah bendera dan registrasi asing, jika mereka dicurigai mengangkut bahan bakar, senjata, amunisi, atau peralatan militer lainnya melintasi teluk untuk mencapai pantai selatan Kamboja.

Baca Juga: Tentara Bayaran Rusia Disebut Bantu Perang Kamboja Melawan Thailand, Moskow Angkat Bicara

Para pejabat Bangkok mengatakan perusahaan pelayaran Thailand yang memfasilitasi perjalanan mereka, pemilik kapal, pemasok, penyedia perbekalan kapal, dan pihak lain yang terkait dengan kapal-kapal Thailand yang melanggar larangan tersebut juga akan dimintai pertanggungjawaban.

Angkatan Laut Thailand memperingatkan para pengirim barang tentang "zona berisiko tinggi" di perairan timur laut Teluk Thailand, dekat dengan kota-kota pantai dan pelabuhan-pelabuhan yang tersebar di Kamboja selatan. Garis pantai tersebut dipenuhi oleh penyelundup, pedagang manusia, buronan, dan pihak lain yang secara ilegal menggunakan perahu kecil untuk menghindari penyeberangan perbatasan darat Thailand-Kamboja di dekatnya.

Laporan media Thailand mengeklaim Kamboja telah mengerahkan drone untuk terbang rendah dan berpotensi mengganggu atau mengebom anjungan minyak di teluk, termasuk yang dioperasikan oleh PTTEP milik negara Thailand. Seorang sumber di industri tersebut mengatakan kepada Asia Times bahwa anjungan Chevron juga melaporkan aktivitas drone di atas aset mereka.

Lebih lanjut, laporan Asia Times menyebutkan Angkatan Laut Thailand telah mengerahkan helikopter dan kapal untuk melindungi anjungan itu.

"Deklarasi zona berisiko tinggi bukanlah blokade atau penutupan Teluk," kata juru bicara Angkatan Laut Thailand Kapten Nara Khunthothom.

“Operasi ini berkaitan dengan konflik bilateral antara Thailand dan Kamboja, dan tindakan kita tidak boleh berdampak pada negara ketiga. Kita akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk memutus pasokan ini,” kata Nara.

“Ini adalah pendekatan damai untuk membatasi kemampuan Kamboja untuk bertindak melawan Thailand,” kata Menteri Pertahanan Thailand Jenderal Nattaphon Narkphanich kepada wartawan.

Nattaphon mengatakan selain kapal kargo, feri penumpang, dan kapal lainnya, lebih dari 10.000 kapal penangkap ikan beroperasi di perairan dangkal Teluk Thailand.

Dewan Keamanan Nasional mendukung Pusat Komando Penegakan Maritim Thailand (Thai-MECC) untuk bertanggung jawab menghentikan kapal-kapal tersebut. Juru bicara Thai-MECC Laksamana Angkatan Laut Jumbol Nakbua mengatakan pencegahan tersebut mencakup pengawasan maritim terhadap kargo termasuk transfer saat di laut, serta pemuatan dan pembongkaran di darat.

Para ahli teknologi, detektif, pakar perkapalan, peneliti militer, dan lainnya di Thailand telah mulai melacak kapal-kapal mencurigakan di teluk, dan mem-posting bukti mereka secara online. Banyak dari mereka menggunakan MarineTraffic.com untuk menentukan lokasi kapal.

Read Entire Article
| Opini Rakyat Politico | | |