Masakan Mewah PSG vs Spaghetti Pomodoro Inter Milan: Final Liga Champions Rasa Baru!

1 day ago 5

loading...

Atmosfer langka menyelimuti Kota Munich jelang final Liga Champions 2024/2025, antara Paris Saint-Germain (PSG) dan Inter Milan / Foto: Metro.co.uk

Atmosfer langka menyelimuti Kota Munich jelang final Liga Champions 2024/2025, antara Paris Saint-Germain ( PSG ) dan Inter Milan . Bagi Nicolo Barella, gelandang Inter, panggung ini bukanlah hal baru, namun tetap menyimpan aura sakral. "Banyak hal yang terlintas di benak Anda menjelang final Liga Champions," ungkapnya, merefleksikan pengalamannya dua tahun lalu.

Di kubu PSG, Luis Enrique tak hanya merancang taktik menekan Inter, namun juga menyimpan perhatian untuk sang putri. Sementara itu, di balik layar, bos besar PSG, Nasser Al-Khelaifi, menjelma menjadi sosok sentral di hotel UEFA, menenangkan saraf para staf yang tegang dengan senyum dan kata-kata "Terkendali, terkendali." Kekuatannya di sepak bola Eropa, yang berakar dari kepemimpinannya di PSG di bawah naungan Emir Qatar, tak bisa dipungkiri.

Seperti yang dirasakan Barella, kegembiraan para suporter yang telah memadati kota tuan rumah berpadu dengan keheningan penuh konsentrasi di antara kedua tim. Thomas Tuchel, mantan pelatih PSG yang pernah membawa mereka ke tahap ini, mengakui bahwa final Liga Champions adalah satu-satunya pertandingan yang membuatnya merasa gugup. Sebuah pengakuan akan keunikan dan kejayaan klasik yang masih melekat di tengah modernitas sepak bola.

Baca Juga: Prediksi PSG vs Inter Milan: Mimpi Treble atau Tradisi Eropa Bicara?

Di era sepak bola modern yang dipenuhi prediksi dan pengulangan, final ini menghadirkan sesuatu yang baru. Ini adalah pertemuan perdana antara PSG dan Inter Milan di segala ajang. Lebih dari itu, keduanya datang dengan misi penebusan setelah kekalahan di final sebelumnya.

PSG takluk 0-1 dari Bayern Munich (2020), sementara Inter menyerah dengan skor yang sama kepada Manchester City (2023). Final ini juga mencatatkan sejarah baru. Untuk pertama kalinya sejak 2004, partai puncak Liga Champions tidak menampilkan klub Inggris, Spanyol, atau Jerman.

Bahkan, satu-satunya final sebelumnya antara klub Italia dan Prancis terjadi di kota yang sama pada 1993, saat Olympique Marseille mengalahkan AC Milan 1-0 di Olympiastadion. Kemenangan yang kemudian diwarnai kontroversi, dengan Marseille dilucuti gelar liga domestik dan terdegradasi akibat skandal pengaturan pertandingan, namun gelar Liga Champions tetap menjadi milik mereka. Catatan sejarah pun menunjukkan bahwa Munich selalu melahirkan juara baru di kompetisi ini.

Read Entire Article
| Opini Rakyat Politico | | |