Kisah Ajudan Pribadi Tohjaya Raja Singasari Berbalik Lawan Majikan

10 hours ago 3

loading...

Raja Singasari Tohjaya pernah memerintahkan ajudannya, Lembu Ampal untuk membunuh Ranggawuni dan Mahisa Cempaka, yang juga menjadi pewaris tahta Singasari. FOTO/IST

LEMBU Ampal sebagai ajudan pribadi Tohjaya, penguasa Kerajaan Tumapel atau Singasari , pernah diminta tugas khusus untuk membunuh seseorang. Tak main-main ia diminta Tohjaya membunuh dua orang yakni Ranggawuni dan Mahisa Cempaka, yang juga menjadi pewaris tahta Singasari.

Tohjaya, anak kandung Ken Arok hasil pernikahannya dengan Ken Umang, memang berhasrat menyingkirkan keponakannya, atas hasutan pembantunya Pranaraja. Hasutan Pranaraja menganggap Ranggawuni dan Mahisa Campaka, dianggap bisa menjadi musuh berbahaya.

Perintah pembunuhan disampaikan Tohjaya ke Lembu Ampal. Namun sang pangeran Ranggawuni dan Mahisa Cempaka, ternyata dilindungi oleh pegawai Istana yang berpengaruh bernama Panji Patipati, sebagaimana dikutip dari "Hitam Putih Ken Arok : Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan".

Setelah ketahuan dan takut mendapat hukuman dari Tohjaya, Lembu Ampal memilih bergabung dengan kelompok Ranggawuni. Lembu Ampal kemudian melakukan adu domba di dalam tubuh angkatan perang Singasari, sehingga tercipta kekacauan.

Karena tidak mampu mendamaikan kerusuhan tersebut, Tohjaya berniat menghukum mati para pemimpin tentaranya. Mendengar keputusan itu, para perwira segera bergabung dengan kelompok Ranggawuni, tentu saja atas ajakan Lembu Ampal.

Setelah mendapat dukungan dari kaum tentara, Ranggawuni dan Mahisa Campaka memberontak terhadap kekuasaan Tohjaya. Tohjaya terluka parah dan akhirnya meninggal dalam pelariannya di desa Katang Lumbang, yang konon sekarang bernama Lumbang, Pasuruan.

Setelah pemberontakan tersebut, Ranggawuni naik tahta bergelar Wisnuwardhana, sedangkan Mahisa Campaka menjadi Ratu Angabhaya bergelar Narasinghamurti. Adapun Mahisa Campaka adalah putra Mahisa Wonga Teleng, atau cucu Ken Arok. Pemerintahan bersama antara Wisnuwardhana dan Narasingamurti diibaratkan dua ular dalam satu liang, dan dimaksudkan untuk menciptakan perdamaian antara keluarga Tunggul Ametung dan keluarga Ken Arok.

(abd)

Read Entire Article
| Opini Rakyat Politico | | |