loading...
Perang 12 hari antara Iran dan Israel menjadi salah satu dari enam momen besar yang mengguncang dunia sepanjang tahun 2025. Foto/Tehran Times
JAKARTA - Tahun 2025 diwarnai momen-momen politik tak terduga dan perang pertumpahan darah. Dari Washington hingga Damaskus, dari Pyongyang hingga New York, dunia bergerak bukan hanya cepat, tetapi juga liar, seolah para pemimpin global sepakat mengubah aturan permainan sekaligus.
Tak ada minggu tanpa guncangan, dan tak ada bulan tanpa babak baru yang menegangkan.
Di tengah ketidakpastian, lahirlah peristiwa-peristiwa yang membalikkan logika lama: seorang mantan militan yang bahkan dilabeli sebagai "teroris" menjadi presiden, pasukan negara tertutup paling misterius di dunia ikut perang di Eropa, dan serangan besar di Timur Tengah mengubah peta regional dalam hitungan jam.
Baca Juga: Putin Nyatakan Rusia Siap Perang, Beranikah Eropa? Ini Analisisnya
Sementara itu, gelombang perubahan politik lokal—dari New York hingga Jepang—memberikan warna baru bahwa dunia tak hanya bergerak dari konflik, tapi juga dari kejutan demokratis yang tak disangka-sangka.
Semua ini membuat tahun 2025 terasa seperti persimpangan sejarah besar yang tidak ada di buku teks mana pun.
6 Momen Besar yang Mengguncang Dunia
1. Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih
Kemenangan Donald John Trump dalam Pemilu Amerika Serikat (AS) 2024 dan pelantikannya pada Januari 2025 menandai kembalinya era politik “America First”.
Kembali berkuasanya Trump telah membuat dunia ramai dengan kebijakan-kebijakan keras sang presiden. Berikut ini sepak terjang Trump dalam setahun terakhir:
1. Trump menekan NATO untuk menaikkan anggaran militer besar-besaran.
2. Trump melakukan pendekatan lebih keras terhadap imigrasi dengan razia dan deportasi massal para imigran.
3. Trump melakukan pendekatan lebih keras terhadap China.
4. Trump merevisi ulang sejumlah perjanjian dagang dan pengenaan tarif terhadap sejumlah negara.
5. Trump melakukan pendekatan isolasionis namun agresif dalam isu militer.
Kebijakan luar negeri AS kembali bergerak ke arah unilateral, menciptakan ketidakpastian di Eropa dan Asia.































