Ekoteologi dan Puasa Ramadan

6 hours ago 2

loading...

Muhammad Ali Ramdhani, Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Agama. Foto: Ist

Muhammad Ali Ramdhani
Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Agama

APA

hubungan antara ekoteologi dengan puasa Ramadan ? Mungkin beberapa kalangan merasa dua hal ini terlalu disangkutpautkan. Tidak juga. Kalau kita menelisik pesan di balik perintah puasa dan area ekoteologi, kita akan menyadari betapa rapatnya hubungan antarkeduanya.

Ekoteologi adalah sebuah area teologi yang mengeksplorasi hubungan antara agama dan lingkungan. Ekoteologi berusaha memahami konsep-konsep teologis dan berbagai paraktik keagamaan serta kontribusinya terhadap keberlangsungan lingkungan hidup.

Ekoteologi lahir dari berkembanganya perhatian atas berbagai kerusakan lingkungan dan kesadaran bahwa tradisi keagamaan dapat menyediakan pandangan dan motivasi yang berharga bagi pemeliharaan lingkungan.

Ekoteologi mengintegrasikan perspektif ekologis dengan konsep teologis, terutama kesucian ciptaan dan posisi manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab atas pemeliharaan bumi, planet di mana ia hidup.

Dalam konteks Islam, ekoteologi berhubungan dengan konsep kesucian ciptaan dan posisi manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi. Allah yang Maha Suci tidak menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia (Ali Imran:191). Ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan alam ini dengan kesucian yang melekat dalam dirinya.

Sebagai khalifah, manusia dituntut untuk bertanggung jawab memelihara keseimbangan dan harmoni alam semesta. Tidak kurang ayat dalam Al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk menjaga lingkungan, mengutuk kerusakan, dan memperlakukan seluruh makhluk dengan rasa hormat dan kasih sayang.

Islam mengajarkan bahwa bumi dan seluruh isinya adalah amanah dari Allah untuk manusia (Al-Baqarah:22). Umat Muslim diperintahkan untuk memelihara dan melestarikan alam, bukan merusaknya (Al-Qasas:77).

Salah satu dari keterhubungan antara agama dengan lingkungan dalam konteks ekoteologi adalah praktik puasa Ramadan oleh umat Muslim. Bulan suci Ramadan tidak hanya menyangkut perintah menjalankan puasa, tapi juga menawarkan sebuah kesempatan bagi umat Muslim untuk merefleksikan kembali tanggung jawabnya sebagai khalifah terhadap lingkungan.

Kewajiban puasa di bulan Ramadan bukanlah sebuah perintah untuk pengorbanan manusia untuk menyakiti dirinya atau mendorong manusia ke arah kematian. Tidak ada satupun ayat Al-Qur’an atau hadits Nabi yang membicarakan perintah puasa dengan semangat ke arah kematian.

Read Entire Article
| Opini Rakyat Politico | | |