Budaya Malu Korupsi Terkenal di Jepang, Mengapa Indonesia Tak Bisa Meniru?

3 hours ago 1

loading...

Budaya malu atau shame culture atas praktik korupsi sudah terkenal di Jepang. Foto/Anadolu

JAKARTA - Budaya malu atau shame culture atas praktik korupsi sudah terkenal di Jepang.

Bagi pejabat yang korupsi, mereka biasanya mengundurkan diri segera, atau bahkan melakukan hara kiri (seppuku)—tindakan bunuh diri untuk menjaga kehormatan.

Sebagai perbandingan, Indonesia yang dikenal dengan masyarakatnya yang religius justru jauh dari budaya malu. Dalam beberapa kasus korupsi di kalangan pejabat, alih-alih malu, mereka masih diberi panggung politik setelah menjalani hukuman.

Contoh Budaya Malu Pejabat Jepang yang Tersandung Kasus Korupsi

1. Kasus Toshikatsu Matsuoka

Pada 28 Mei 2007, Menteri Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, Toshikatsu Matsuoka, ditemukan tewas gantung diri di apartemennya di Tokyo.

Matsuoka saat itu sedang diselidiki atas dugaan keterlibatan dalam skandal pendanaan politik dan penyalahgunaan dana departemennya. Dia ditemukan tak sadarkan diri beberapa jam sebelum dijadwalkan menghadiri sesi Parlemen untuk menjawab pertanyaan terkait tuduhan tersebut.

2. Kasus Keishu Tanaka

Pada Oktober 2012, Menteri Kehakiman Jepang, Keishu Tanaka, mengundurkan diri setelah terungkapnya hubungan masa lalunya dengan yakuza—kelompok kriminal terorganisir—, serta pelanggaran pendanaan politik.

Meskipun tidak sampai pada tindakan bunuh diri, kasus ini menunjukkan betapa seriusnya konsekuensi sosial dan politik akibat keterlibatan dalam skandal di Jepang.

3. Kasus Akira Amari

Pada Januari 2015, Menteri Ekonomi Jepang, Akira Amari, mengumumkan pengunduran dirinya setelah stafnya diketahui menerima suap senilai 12 juta yen dari sebuah perusahaan konstruksi.

Read Entire Article
| Opini Rakyat Politico | | |