loading...
Genghis Khan membantai lebih dari 60 juta orang di seluruh dunia. Foto/World Atlas
WASHINGTON - Tidak ada yang mulia atau berharga dalam genosida , yang biasanya didefinisikan sebagai "pembunuhan yang disengaja terhadap sejumlah besar orang dari suatu bangsa atau kelompok etnis tertentu dengan tujuan menghancurkan bangsa atau kelompok tersebut." Hilangnya seluruh kelompok masyarakat pada akhirnya merupakan kerugian bagi dunia karena kita selalu mendapatkan manfaat dari tradisi dan budaya sepupu dan rekan kita yang berkelanjutan.
Kata genosida pada dasarnya kontroversial, karena mengakui suatu peristiwa berarti membebankan tanggung jawab reparasi kepada pemerintah yang ada saat ini. Sungguh menyedihkan menyadari bahwa daftar ini mencakup hampir setiap bagian planet ini, yang melibatkan banyak negara modern. Karena dalam beberapa kasus, kengerian ini terjadi belum lama berselang, dan lebih buruk lagi: para pelakunya masih hidup sebagai orang merdeka.
10 Genosida Terburuk dalam Sejarah, dari Pembantaian 55 Juta Suku Asli Amerika hingga Aksi Genghis Khan
1. Jerman: Genosida yang Dilakukan Nazi dalam Perang Dunia II
Melansir World Atlas, sebuah mimpi buruk yang lahir dari ideologi yang penuh kesombongan; Genosida yang dilakukan oleh Reich Ketiga dilakukan melalui pemusnahan sistematis terhadap mereka yang dianggap 'lebih rendah'. Laporan di media di seluruh negeri membuat publik mengetahui bahwa pembunuhan sedang terjadi di kamp-kamp kematian yang penuh sesak. Total pembunuhan, yang ditargetkan pada populasi Yahudi/minoritas, tawanan perang Soviet, atau sekitar 8% dari populasi Polandia, berjumlah antara 9,3 juta hingga 13,5 juta orang.
Kanselir Jerman, Adolf Hitler, menerima penghormatan Nazi saat ia menunggang kuda menuju kemenangan melalui Danzig pada 19 September 1939. Sebagian besar tragedi ini terjadi antara tahun 1941 dan 1945, meskipun kejahatan terhadap Polandia dimulai pada tahun 1939. Kengerian ekstrem ini seringkali dicapai dengan menempatkan orang-orang di kamar gas di kamp konsentrasi.
Salah satu kamp tersebut, Auschwitz, masih berdiri dan memamerkan jutaan sepatu korban yang diawetkan dalam pajangan kaca. Barang-barang ini menjadi pengingat bagi semua yang berkunjung bahwa kewaspadaan terhadap kejahatan semacam itu, baik dalam kepemimpinan maupun diri kita sendiri, sangatlah penting.
Baca Juga: Greta Thunberg: Bagaimana Mungkin Dunia Bungkam tentang Gaza
2. Uni Soviet: Holodomor
Melansir World Atlas, dilupakan oleh banyak orang dan jarang diajarkan di pendidikan anak usia dini, serangan brutal Uni Soviet ini telah melewati tahun-tahun kegelapan. Antara tahun 1932 dan 1933, sekitar 4 juta warga Ukraina kemungkinan sengaja dibiarkan mati kelaparan oleh negara Soviet. Kelaparan buatan ini terjadi sebagai respons terhadap perlawanan kaum tani Ukraina terhadap kebijakan Soviet.
Partai Komunis ingin membatasi pertanian agar pertanian kolektif yang dikelola negara dapat menggantikan pertanian kecil. Yang lebih parah lagi, pemerintah Soviet tidak menerima tawaran bantuan dari kelompok-kelompok seperti Palang Merah. Saat ini, pemerintah Rusia terus menyangkal bahwa kematian tersebut merupakan 'genosida', yang merupakan gambaran yang mungkin tentang bagaimana mereka merasa berhak untuk menginvasi Ukraina selama dekade terakhir. Reporter yang membocorkan berita genosida Holodomor ke Barat, Gareth Jones, dibunuh oleh (diduga) agen Soviet di Mongolia dua tahun kemudian.
3. Kamboja: Pol Pot
"Pol Pot" adalah wajah bencana Asia Selatan ini. Antara tahun 1975 dan 1979, pemerintahannya (Khmer Merah) mengatur pembunuhan sekitar 3 juta orang, melalui kamp-kamp kematian yang diisi oleh kota-kota yang dievakuasi.
Melansir World Atlas, motifnya adalah untuk menciptakan negara sosialis agraris. Beberapa bulan sebelum dimulai, Khmer Merah menerima persetujuan dan dukungan dari Mao Zedong dan Partai Komunis Tiongkok. Khususnya, Amerika Serikat juga dituduh mengabaikan genosida tersebut untuk memenuhi tujuan politik di tempat lain, selama Perang Vietnam.
Pembunuhan massal terjadi dengan memilih orang-orang terpelajar, profesional, dan intelektual, untuk tujuan mengatasi perlawanan terlebih dahulu. Etnis tertentu juga menjadi sasaran, seperti minoritas Thailand dan Tionghoa, serta warga Kristen dan Muslim Kamboja. Khmer Merah terkenal karena penggunaan tentara anak yang diindoktrinasi, dan pembantaian tersebut baru berakhir setelah Vietnam menginvasi dan merebut kekuasaan Khmer Merah.
4. Rwanda: Pembantaian Etnis
Terlalu baru untuk dilupakan, Genosida Rwanda 1994 meresahkan dan mencemaskan dunia yang menyaksikannya selama periode tiga bulan, hingga akhirnya berakhir di pertengahan Juli. Lebih dari setengah juta orang tak berdosa menjadi sasaran milisi Hutu, dalam upaya untuk melenyapkan kelompok etnis Tutsi.